Pages

Monday 14 November 2016

Menikmati Demokrasi

Membangun kehidupan yang islami adalah sebuah proyek peradaban raksasa. Proyek besar bertujuan merekonstruksi pemikiran dan kepribadian manusia muslim agar berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah swt. Atau dengan referensi Islam. (pg.6)

***

Tahapan Dakwah :
1. Mihwar tanzimi : yaitu membangun organisasi yang kuat dan solid sebagai kekuatan utama yang mengoprasikan dakwah.

2. Mihwar sya’bi : yaitu membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah. Kalau basis organisasi bersifat elitis – eksklusif, maka basis sosial bersifat masif dan terbuka. Kalau basis organisasi berorientasi pada kualitas, basis sosial berorientasi kuantitas. Kalau pemimpin melihat kedepan dengan pikiran - pikiran yang jauh, massa menjangkau dengan tangan2nya yang banyak. Kalau organisasi dibentuk melalui rekrutmen kader, massa dibentuk melalui opini publik.

3. Mihwar muassasi : yaitu membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan – pekerjaandakwah di sektor kehidupan dan di seluruh segmen masyarakat. Kita memerlukan semua wadah sosial, ekonomi, politik, untuk mewadahi semua aktifitas sosial, ekonomi dan politik. Selain itu juga harus memasuki institusi sosial, ekonomi, politik dan militer yang sudah ada.

3. Mihwar dauli : yaitu tahap memasuki institusi negara. Untuk merealisasikan dakwah secara legal dan kuat. Negara adalah sarana (untuk menyebarkan kebaikan), bukan tujuan. Kebenaran harus punya negara karena – kata ibn Qoyyim—kebatilan pun punya negara.
(pg.8-11)

***

Ketika dakwah memasuki era keterbukaan (jahriyah) yang dibutuhkan, kata Syekh Muhammadd Ahmad Al-Rasyid adalah jumlah kader yang cukup, situasi politik yang kondusif, penerimaan yang baik dari masyarakat, dan tersedianya kendaraan yang akan digunakan.

Perdebatan antara ‘islam budaya” dan “ islam – politik “ yang marak sepanjang 80-an dan 90-an adalah debat yang ‘kontra-produktif’ dalam proses pembangunan umat. ... Gerakan sosial budaya atau mobilitas horizontal itu bertujuan mengkondisikan umat secara spiritual, intelektual, emosional dan fisik untuk melaksanakan islam dalam kehidupan meraka secara menyeluruh. Sementara gerakan politik praktis bertujuan menyambut arus tuntunan umat itu secara legal konstitusional.(pg. 20)

***

Secara historis kemudian kita lihat bahwa penjajahan Eropa atas Dunia Islam, munculnya penguasa - penguasa tiran, dan pemerintahan represif setelah kemerdekaan, telah mematikan potensi umat secara keseluruhan. .. (Kita lalu menemukan jawaban, mengapa?) di atas wilayah geografis yang sangat luas, sumber daya alam yang sangat kaya, dan sumber daya manusia yang sangat banyak, kaum muslimin menjadi masysrakat paling miskin, paling bodoh, dan paling terbelakang di duniaa. (pg.21-22)

***

Di balik semua hikmah yang kita peroleh dari tekanan politik-militer para penguasa tiran terhadap gerakan dakwah di berbagai negara Islam, serta proses pendewasaan dari konflik panjang antara gerakan Islam dan Negara, tapi harus diakui bahwa penghadap - hadapan seperti itu telah menguras begitu banyak energi peradaban kita, tentu saja disamping luka –luka historis yang secara psikologis selalu mengganggu hubungan Islam dan Negara. (pg.23)

***

Allah SWT sesungguhnya meletakkan ujian bagi kita, para duat : bagimana menyepadankan kebenaran Islam dengan kesalihan manusianya dan menyamakan kebesaran Islam dengan kehebatan manusianya. Ini semua supaya politik tidak lagi menjadi “tugas yang sedih” dan tidak lagi “terkutuk” hanya karena ia harus “menerjemahkan nilai – nilai ke dalam dunia fakta – fakta”.(pg.29)

***

Kesalahan Goenawan Mohammad, seperti juga banyak sosial politik lainnya adalah, dia tidak melihat sejarah secara utuh : bahwa selain sejarah kelam juga ada cerita sejarah yang putih. Apakah cerita kemakmuran dan keadilan dari sejarah Karajaan Nabi Sulaiman dan negara yang didirikan oleh Nabi Sulaiman dan negara yang didirikan oleh Nabi Muhammad bersama Khulafah Rasyidin bukan sebuah fakta sejarah ? Yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa ada orang – orang masjid yang juga pernah punya cerita sukses di pasar, di parlemen, dan di istana, namun ada juga yang gagal. .. bahwa ada “ Alqur’an” yang sedang berjalan di pasar, berdebat di parlemen, bekerja di kabinet, dan memimpin sebuah negara. (pg.27-28)

Kesalahan orang – orang seperti Goenawan Mohamad adalah mereka tidak memaafkan orang – orang masjid yang bersalah, sementara orang – orang jalanan yang bersalah dianggap sebagai suatu kewajaran karena memang begitu naturalnya. (pg.29)

***

Dimanakah letak titik keseimbangan negativitas dengan kesucian yang ingin kita bawa ke dunia orang ramai? Jawabnya, terletak pada model masyarakat yang ingin kita bangun. Bahwasanya, masyarakat Islam adalah komunitas manusia biasa, bukan masyaraat malaikat yang “serba bersih”. (pg.28)

***

Yang kemudian harus kita lakukan adalah bagaimana mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas. Bagaimana membuat sesuatu yang salah dalam pandangan agama menjadi tidak legal dalam pandangan hukum positif. Secara terbalik, itu pulalah yang dilakukan para pelaku kejahatan. Para mafia narkoba harus mencuci uangnya agar bisa menjadi hak milik yang legal. (pg.33)

***

Maka, semua orang menikmati demokrasi. Para kapitalis menimati demokrasi karena inilah payung politik yang memberi akses ke semua sudut pasar potensial. Para buruh juga mrnikmati demokrasi karena inilah payung politik yang memberi perlindungan hak-hak dan kebebasan bekerja. Kelompok minoritas dalam semua bentuknya, termasuk minoritas nilai (atau yang secara kasar kita sebut menyimpang), juga menikmati demokrasi karena hak hidup mereka terlindungi disini.(pg.32)

***

Tapi, kenikmatan ini ada harganya. Terutama bagi dakwah. Kita memang bebas berdakwah, tapi para pelaku kemungkaran juga bebas melakukan kemungkaran. Yang berlaku disini bukan hukum benar-salah, tapi hukum legalitas. Sesuatu itu harus legal, walaupun salah. Dan, sesuatu yang benar tapi tidak legal adalah salah. Begitulah aturan main demokrasi.(pg.33)

***

Maka penetrasi kekuasaan dalam negara demokrasi harus dilakukan dengan urutan :

Pertama, menangkan opini publik agar opini publik berpihak kepada kita. Inilah kemenangan pertama yang mengawali kemenangan2 selanjutnya.

Kedua, formulasikan wacana itu kedalam draf hukum untuk dimenangkan dalam wacana legislasi melalui legislatif. Kemenangan legislasi ini menjadi legitimasi bagi negara untuk mengekseusinya.

Ketiga, pastikan bahwa para eksekutif pemerintah melaksanakan dan menerapkan hukum tersebut.(pg.33)

***

Membahasakan Pemikiran

Ada beberapa syarat,
Pertama, adalah kekayaan pemikiran yang ditentuka oleh dua hal yaitu kakayaan serta keorisinalitas referensi (Al Qur’an dan Sunnah, red) dan kemampuan mengeksplorasi referensi dan memformulasikannya untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan zaman (Ijtihad untuk menemukan mutiara - mutiaranya).

Kedua, struktur pemikiran tersebut harus solid. Ini berpengaruh pada tiga hal :
Pertama, pada tingkat kejelasan pikiran dalam benak kita dan pada keseluruhan susunan kesadaran kta.
Kedua, pada tingkat kayakinan kta terhadap pemikiran tersebut, yang biasanya selalu tinggi.
Ketiga, pada kemampuan kita membahasakannya atau pada daya ungkap kita yang tercipta dari kejelasan pikiran tersebut.

Ketiga, kayakinan kita meyakinkan publik.(pg.39)

***

Meyakinkan Publik

Ada beberapa hal yang harus dikuasai,
Pertama, pada penguasaan teoritis terhadap pikiran yang ingin kita sosialisasikan.
Kedua, pada penguasaan kita tentang struktur pemikiran orang lain dan varian – varian yang membentuknya.
Ketiga, pada kejelian kita dalam menentukan entry point yang tepat untuk melakukan penetrasi terhadap pemikiran orang lain.
Keempat, pada kemampuan menemukan format bahasa yang tepat dengan struktur kesadaran, bentuk logika, kecenderungan estetika kebahasaan, dan situasi psikologis, serta momentum yang mengkorelasi pikiran kita dengan suasana mereka.
Akhirnya kita sampai pada penjelsan dari sabda Rosulullah, “ Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat pemikiran mereka.”
(pg.39)

***

Snouck Hourgronje mungkin orang paling berjasa bagi pemerintah Hindia Belanda. Jasanya terbesar adalah usulan kebijakan tentang bagaimana pemerintah Hindia Belanda “menghadapi” ummat Islam di Indonesia, yang efektif. Usulan itu antara lain
Pertama, jangan ganggu umat muslim melaksanakan semua jenis ibadahnya,bahan fasilitas mereka untuk itu.
Kedua, jangan gangu kaum perempuan.
Ketiga, jangan ganggu para ulama.(pg.43)

***

Bahwa para pemikir “ideolog” ( Sayyid Quthub, Muahammad Qhutub, Muhammad Al Ghazali, dan Yusuf Qardhawi dari Mesir, Al Maududi dari Pakistan, dan Al Nadawi dari India) telah melaksanakan tugasnya membangun fondasi pemikiran yang kuat. Kini tiba saatnya pemikir strategi bertugas menyusun langkah – langkah strategis untuk mencapai cita – cita dakwah. (pg 48)

***

Para pemikir strategi harus mempunyai basis yang kuat pada dua lingkaran pengetahuan. Pertama, basis Ilmu ilmu keislaman. Kedua, basis ilmu – ilmu sosial humaniora. Selama ini ada kesan bahwa para aktivis dakwah justru menghindari ilmu – ilmu sosial dengan alasan muatannya yang sangat sekuler.(pg.47)

Karena, basis ilmu- ilmu keislaman dan pengalaman tarbiyah bukan saja akan memberikan imunitas kultural dan pemikiran, tapi juga kemampuan memilah dan mencipta sesuatu yang baru. Sebagaimana cerita Al Qur’an tentang susu : datangnya dari antara kotoran dan darah.(pg.47)

***

Seni berkawan dan seni berkoalisi bukan hanya menuntut kemampuan mengartikulasikan diri dan nilai – nilai kita secara baik dan mempesona, melainkan juga menuntut kemampuan memahami orang lain. Memasuki ruang akal dan hati mereka, mengelola perbedaan – perbedaan menjadi kekuatan dinamis dan mengantisipasi potensi ancaman untuk tidak terkristalisasi menjadi kekuatan destruktif. (pg. 51)

***

Pengukuran kauntitatif dalam sistem demokrasi dilakukan melalui pemilihan umum. Kenyataan ini mengharuskan kita mengaitkan aktivitas – aktivitas dakwah dengan rencana pemenangan pemilu, dan berhitung bahwa harus ada sesuatu yang (bisa disebut sebagai) “efek kuantitatif” dari kebaikan – kebaikan yang kita tebar di tengah masyarakat. Kita harus berani untuk kelihatan “sedang berbuat baik” dan mau memperlihatkan bahwa “kita selalu berbuat baik.” Celakanya disini ada ironi tentang keikhlasan : ini bukan riya’ tetapi memang bisa menggoda ke arah situ.(pg.50)

***

Kita memang – seperti kata Rosulullah – menjadi “tahi lalat” ditengah masyarakat : kebaikan kita terlihat dan hal itu mempunyai efek kuantitatif – dimana popularitas orang soleh menjadi pesona yang menggoda masyarakat mengikuti jalan kebenaran.(pg.50)

Inilah seni paling rumit dalam dunia politik : bagimana mengubah kekuatan penghambat menjadi kekuatan pendukung, dan bagaimana mengubah lawan menjadi kawan. Seribu kawan dalam politik tidaklah cukup, tetapi satu musuh itu sudah terlalu banyak. (pg.51)

Ancaman yang paling berat dalam dunia politik adalah isolasi. (pg.51)

***

Kader pemimpin yang kompeten, kostituen yang banyak, koneksi politik yang luas, dan kelompok pemikir strategi yang handal : itulah segenap keuatan yang kita perlukan untuk menegara. (pg. 53)

***

Lebih lanjut tentang Menikmati Demokrasi di Goodreads.

No comments:

Post a Comment